Pages

Jumat, 23 April 2010

Aztec, SEM, EI & Rumah Kita :)

Memilih! Memilih ! dan memilih !
Dalam setiap episode kehidupan setiap manusia selalu dihadapkan dengan pilihan. Pilihan mulai dari yang termudah sampai dengan yang terberat semuanya memiliki konsekuensi dan resiko. Dari sejak kita lahir, sudah dihadapkan dengan pilihan. Yang jadi masalah bukan di pilihannya, tapi bagaimana kita bisa menyelesaikan setiap episode pilihan kita. Begitupun kali ini, kembali i dihadapkan pilihan yang bisa dibilang cukup berat. Dsini akan membahas kilas balik antara Aztec, SEM Institute, EI dan Rumah kita.

Kamis, 22 April 2010

Sebuah catatan ttg Konsep Diri

Hidup adalah pilihan, sukses adalah perjalanan, kesulitan dan kemudahan adalah satu kesatuan. Susah senang adalah bumbu kehidupan. Kegagalan adalah tangga untuk menuju keberhasilan. Tangis dan tawa adalah proses kehidupan.
Subhanallah Allah yang menciptakan semuanya dengan penuh kesempurnaan. Terkadang kita yang serng terlalaikan dengan semua kmudahan yang ada, yang serng menyebabkan kita kurang bersyukur. atau bahkan ketika kesulitan menghadang, malah menyalahkan keadaan bahkan tak sedikit menyalahkan tuhan, astagfirullah.
Hidup memang penuh dengan misteri, tak ada satu orang pun yang bisa menebak kejadian esok hari, walopun qt hanya bisa merencanakan. Sebenrnya bingung mau nulis apa, but dikepala banyak banget yg ingin du tuangkan dsini. Pengalaman akhir-akhir ini membuat i banyak berfikir dan berpikir, benarkah langkah ini ?? luruskan tujuan yg akan di ambil ini ??

Alhamdulillah saat ini unit ika ada agen2 baru, mereka penuh dengan semanagt baru. Tapi satu hal yang membuat i kaget adalah ternyata mereka masih lemah di konsep diri. Ketika ditanyakan ttg tujuan hidup, tujuan jangka pendek rata-rata jawabannya mengambang. Masya Allah ada apa dengan pemuda indonesia masa kini ???
Padahal konsep diri adalah penentu langkah setiap orang, mau dibawa arah hidupnya ? mau seperti apa hidup kedepannya ? mau jadi apa sih hidupnya ?? no no no ... oh my god, inimah harus di jelasin ttg konsep diri dl sebelum mereka bergerak terlalu jauh.
Kenapa konsep diri ? karena jika kita belum mengenal siapa diri kita maka kita tidak akan mengenal siapa tuhan kita. Jika kita tidak tau siapa tuhan kita, trs mau ngapain hidup ?? Hidup di dunia bagi seorang muslim adalah tempat mempersiapkan untuk menuju kehidupan yang lebih kekal yaitu di akhirat. Jika seorang muslim sudah memiliki visi yang jelas tentang konsep diri maka langkah dalam kesehariannya pun akan tertata dengan rapi, dengan jelas karenaa da goal yang jelas. Apapaun yang dia lakukan akan berpagar pada apa yang telah dia tujukan.
Ketika tujuan kita adalah ridho-Nya, tentu saja apapun yang kitta lakukan di dunia adalah kegiatan2 yang akan menuju ridho-Nya, sehingga ketika berbenturan dengan hal itu maka kita akan menghindarinya.
Begitu pun dalam menjalankan bisnis atau usaha atau kerja. Kita harus punya target yang jelas, waktu yang terencana yang baik. Sehingga kita bisa mengevaluasi apa-apa yang sudah kita lakukan, tidak hanya sekedar melakukan. Ternyata masih banyak yang melakukan sholat itu ya sekedar kewajiban, atau bahkan tanpa tahu hukumnya, hanya sekedar karena orang tua islam, masya Allah, mau di bawa kemana ummat ini ???
Pembahasan konsep diri memang perlu pembahasan tersendiri, insya allah akan i posting di tulisan berkutnya. Yang jelas mulai saat ini i harus terus mengingatkan tim di bawah i ttg tujuan hidup mereka & arahan hidup mereka. Mau dibawa kemana sih hidupnya ??? Mau ngapain si di bisnis ini ?? jika tidak memiliki tujuan yang pasti, apapun yang akan dilakukan, bisnis apapun yang akan dijalani pasti ga akan ketmu ujungnya. Yang ada hanyalah berganti berganti dan berganti profesi tanpa satu tujuan pasti.
semoga qt semua sudah memiliki konsep diri yang benar baik menurut logika maupun syar'i, karena kita akan mengenal siapa tuhan kita jika kita sudah mengenal siapa diri kita sebenarnya. So ... sudah kenalkah dengan diri kita sendiri ???

wallahu a'lam


Jumat, 16 April 2010

Pencuri yg Dapat Dipercaya

Pada suatu hari seorang pencuri datang menemui Rasulullah. Ia ingin menyatakan dirinya masuk Islam, setelah itu ia mengisahkan penyakit mentalnya. Bahwa ia suka mencuri. Lalu rasul memintanya untuk berjanji, bahwa dirinya tidak akan berbohong. Lelaki itupun berjanji, kemudian pergi menjalani hari-harinya.
Beberapa waktu kemudian, keinginan untuk mencuri muncul kembali. Tetapi lantas ia teringat dengan janjinya kepada Rasulullah, bahwa ia tidak boleh berbohong. Ia lantas membayangkan, jika ia mencuri, lalu kelak ditanya Rasulullah, maka bila berbohong ia telah menyalahi janjinya. Tapi bila ia berterusterang, ia akan mendapatkan hukuman. Sejak saat itu ia tidak lagi mau mencuri.
Sang pencuri telah belajar arti kepercayaan. Belajar pula bagaimana menjaga dan membuktikannya. Ia telah membunuh penyakitnya, dengan semangat kepercayaan. Ia dipercaya Rasulullah untuk mengatur dirinya. Dan ia mengerti bagaimana merawat kepercayaan Rasulullah itu mnejaga kepercayaan. Sikap itu pula yang pada akhirnya mengantarkan dirinya menjadi seorang Muslim yang baik. Sikap itu adalah percaya dan pada saat sama juga dapat dipercaya.

Saudaraku ... kepercayaan memang bukan hal mudah. Apalagi memberikan kepercayaan kepada orang yang baru kita kenal, pasti akan banyak pertanyaan di kepala untuk meyakinkan bahwa orang tersebut dapat dipercaya atau tidak. Begitupun dalam sebuah tim, rasa percaya amat sangat penting kita tanamkan. Karena kita beaktifitas dengan berbagai macam orang yang notabene memiliki karakter yang berbeda. Tapi bukan hal yang sulit jika kita mau memberikan rasa itu kepada saudara kita.
Rasa percaya akan muncul jika dalam satu tim sudah ada kesatuan visi, sehingga ketika kita bergerak, masing-masing orang sudah mengambil peran sesuai yg sudah di sepakati bersama. Walaupun memang tak jarang kepercayaan itu bisa dengan mudah tergadaikan hanya karena alasan sebuah materi.
Kepercayaan adalah rahasia hidup yang paling rumit. Sebab ia perlu timbal balik. Seperti kehidupan suami istri, atasan dan bawahan di kantor, rakyat dan pemimpin, masyarakat dan tokohnya, saudara dengan saudaranya. Kepercayaan satu arah tidak akan bisa menjadi jaring kebersamaan.
Kepercayaan satu arah kadang sering menyakitkan, bahkan kadang menistakan. Seperti para penguasa yang selalu meminta rakyatnya untuk berprasangka baik, padahal mereka menindas dan menyelewengkan otoritas, menjual aset-aset bangsa yang strategis. Mereka adalah penguasa yang hanya ingin hidup di atas prasangka baik rakyatnya tanpa mau memenuhi hak-hak prasangka baik itu.
Kepercayaan sejujurnya tidak bisa diukur oleh sesuatu yang sifatnya materil. Surat-surat perjanjian, surat kesepakatan, surat pernyataan, atau bahkan undang-undang sekalipun, hanyalah alat mengikat kebersamaan. Tetapi rohnya-sekali lagi tetap pada soal kepercayaan.
Seni hidup yang dibangun di atas kepercayaan, seperti dalam kisah-kisah sejarah yang melegenda itu, sesungguhnya milik orang-orang yang punya keinginan baik, meski ia seorang mantan pencuri. Dalam ranah yang sangat sederhana, kepecayaan menjadi mutiara hidup yang membahagiakan. Tetapi entahlah. seperti para penguasa, atau orang-orang yang haus kekuasaan, lebih mudah untuk mengkhianati kepercayaan dan menyebarkan dusta.
Akhirnya, kepercayaan adalah suara hati, bukan suara keangkuhan. Kepada seorang pencuri di zaman nabi itu kita bisa belajar, bahwa menjadi orang yang dapat dipercaya, dan yang dapat menjaga kepercayaan, adalah pilihan serius bagi yang menginginkan kesudahan yang menentramkan.
Pertanyaannya sekarang adalah sudahkah kita menjadi orang yang amanah ???

dari berbagai sumber.

Kamis, 15 April 2010

No have Title for This Topic ... Any Idea ???

Jakarta, Maharani Maret 2010

jumat, 19 Maret, dengan langkah tergesa, kami berdua melangkah bergegas menuju hotel maharani untuk mengikuti launching ebooks The Property Developer. Berbagai pertanyaan sudah bnyk tertanam d kepala ketika akan menghadiri acara ini. Walo kedatangan kami terlambat, tapi tidak membuat langkah ini surut. Alhamdulillah Allah mengijinkan kami tiba k tempat acara tsb.
Sejenak setelah sampai d lokasi terbersit prtanyaan, seperti apa ya sosok AD "jargonnya PU" itu ?? karena kl di amati d milis & fb kayaknya ilmu propertinya banyak banget & tak ada habisnya u dbagi, dan rasa inilah yang membuat kami semakin mantap untuk mengikuti acara launching ini walopun dari segi jarak dan waktu sangat "rentan" untuk seorang wanita spt kami (karena malam hari, dan jarak depok-Mampang cukup jauh). Dengan berjuta pertanyaan dan harapan akan menemukan solusi untuk permasalahan proyek pertama kami, akhirnya dengan langkah percaya diri kami memasuki ruang acara.
Ketika masuk ruangan, sekilas tampak peserta yg antusias mengikuti preview seminar ini, sambil berkeliling mengamati jmlh org yg hadir, dan mencari mana ya yg namanya AD ?? oo akhirnya kita menemukan jawabannya, oh itu toh orgnya, hemmm ... kami ckp tersenyum.

DI akhir acara, setelah silaturahmi dg bbrpa peserta, akhirnya kami beranikan diri untuk menyapa beliau, dengan harapan ingin konsultasi langsung mengenai permasalah yg sudah cukup lama kami endapkan. Dengan sedikit enggan mendekati, akhirnya kami beranikan menyapa beliau dan mmperkenalkan diri, eh trnyata AD lgsung menyambut kami dengan hangat, semua diluar dugaan lho ... akhirnya langsung trjadi diskusi yg ckp hangat & mmbuat kami nyaman. Pada saat itu tanpa ba bi bu kami langsung menanyakan perihal proyek kami yg pernah dkonsultasikan, beliau langsung menunjuk orang di sebelah yg sedang berkonsultasi juga, dg inisial FS, subhanallah perkenalan yng singkat, tapi hasilnya bisa dbilang Dahsyat :) Allah yang mempertemukan kami, akhirnya kami berkenalan & bertukar no hp & berjanji bertemu kembali untuk merumuskan proyek prtama kami.
Alhamdulillah kami pulang dengan tersenyum dan sedikit asa, ada sedikit harap dalam hati karena mendapatkan partner baru, walopun mmg kami belum mengenal beliau lebih jauh. Tapi satu yg trcatat dalam hati, insya ALlah kami yaqin inilah jawaban dari Allah u semua prmintaan kami dalm mencari solusi prmasalahn ini. Karena niat kami di proyek bukan semata-mata profit but ingin menolong banyak orang, semoga ini jawaban terbaik dari-Nya.
Sebenarnya visi kami gabung di properti sangat simpel, hanya ingin memberikan solusi bagi sodara2 kami yg ingin punya rumah. karena rumah adalah kebutuhan pokok setiap org. Tapi apa yg trjadi saat ini ??? properti lbh banyak dikuasai o/ org lain yang notabene lebih banyak memperkaya diri sndiri dibanding membantu sodaranya u memiliki rumah. Berangkat dari hal ini, kami berazzam bahwa kami bisa menjadi solusi untuk sodara2 kami yg ingin punya rumah. Berbagai macam formula kami rancang, yang pada akhirnya kami menemukan satu formula yg bisa saling bersinergi yaitu mensinergikan MC dengan properti. Mau tau seperti apa sinerginya ?? tunggu tulisan selanjutnya ^^

Kembali ke cerita awal, Setelah prtemuan d Hotel Maharani,akhirnya kami mmutuskan prtemuan & survei lokasi dengan FS, sekaligus untuk membicarakan ttg proyek kami & tindak lanjutnya. Alhamdulillah pertemuan kedua berjalan lancar, mulai kami perkenalan, walopun sdikit canggung karena da org baru, but sedikit2 kami mulai belajar membaca karakter beliau, Alhamdulillah ternyata kita satu visi, so ... akhirnya proyek kami bisa berlanjut. pertemuan demi pertemuan kami lalui, kami isi dengan diskusi dan diskusi untuk mencari solusi dan pemecahan masalah, alhamdulillah atas support dari semuanya akhirnya kami bisa melanjutkan proyek ini, dan banyak orang tersenyum mendengar proyek ini bisa berjalan lagi, alhamdulillah. Setiap bertemu tak henti proyek demi proyek bergulir, dari survei ke survei mulai kami jalani, yang pada akhirnya waktu kami lebih banyak dihabiskan di mobil & rumah makan.

Banyak hal yang kami dapatkan selama mengenal PU, milis yukbisnisproperti, AD dan FS. Bisa dibilang sungguh indah skenario yang Allah ciptakan, semua di luar rencana kami. Mulai dari masalah legal tanah, pertemuan dengan pihak perbankan, pemerintah setempat, alhamdulillah dapat kami lalui dengan baik. Sampai saat ini kami bisa dibilang menjadi tim solid ^^ kemana2 selalu bertiga, sampai kmrn untuk meyakinkan investor bandung, kami pun bertiga pp Depok-BDg. Tiada kata yang bisa terucap selain ALhamdulillah dan sujud syukur kepada-Nya untuk semua nikmat & tarbiyah yang indah ini.
DI satu sisi, ada amanah yang mendesak kami untuk terus bergerak, walo dalam kondisi tersakiti tapi tak membuat kami mundur. Rasa sakit & amanah yang mendesak yang harus di selesaikan membuat kami terus bergerak dan bergerak. Apapun akan kami lakukan untuk membuat orang-orang di sekeliling kami tersenyum. Allah Mahatahu apa yang dibutuhkan hamba-Nya, dan pasti akan memberikan pertolongan asal kita mau meminta.
Begitu banyak yang ingin kami tulis dsini, tapi tak banyak kata yang bisa mengungkapkan rasa dalam hati. Cukup Allah Yang Tahu apa yg terbaik untuk kami, dan stu yang pasti, langkah kami menuju impian semakin terbuka. Silaturahmi terus terjaga, semakin menambah sodara, beraktifitas bersma menjadi tim yang solid, menjadi satu kekuatan dan saling melengkapi. Kunci kebersamaan kami adalah visi yg sama dan trust/kepercayaan. Dalam sebuah tim ketika tidak ada kesamaan visi dan kepercayaan maka tim tersebut tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Yang malah akan ada saling curiga & mungkin saling menyalahkan. Moga tidak terjadi di antara kami. Insya Allah berawal dari visi yang sama, terbentuk rasa salng percaya dan saling membtuhkan sehingga kami bisa menjadi tim yang kompak.
Alhamdulillah sekarang kita sudah punya tim baru, bertambah dan terus bertambah. bahkan sekarang sudah mulai buka privat jadi developer ^^ asyik ya !! hayo, sapa yang mau privat sama kita ??? gratis koq bayarnya, asal belajarnya di rumah makan, kenapa ??? karena motto kita, bisnis developer properti adalah bisnis jalan-jalan dan makan-makan, mantabs !!!
So ... terimakasih yang tak terkira untuk AD atas bimbingan & supportnya, serta tak lupa u our director FS yang telah bersedia menjadi satu tim dengan kami. Mudah-mudahan Allah tidak hanya mempertemukan kita di dunia, tapi mempertemukan kita di jannah-Nya kelak. aamiin.

ada yang mau gabung jd tim kami ???
Salam Semangat !!

Jumat, 09 April 2010

Menyusun Sendiri Kebahagiaan Diri

Bismillah
Di sebuah kelas, seorang guru membagikan sebuah kertas mewarnai yang berisi gambar pemandangan beserta satu kotak crayon kepada anak-anak murid TK-nya. Untuk pembagian crayon, mereka tidak diberikan 12 jenis pinsil warna yang komplit. Tapi paling banyak hanya 8 warna. Tiap anak mendapat pensil warna berbeda-beda. Sengaja untuk memancing kreativitas anak.

Di antara murid-murid tersebut, terdapat 2 anak yang spesial di antara mereka. Kedua-duanya hanya memiliki warna hitam, putih, merah, kuning, dan biru. Kedua anak tersebut berbeda sikapnya saat bekerja mewarnai kertas tesebut.


Salah seorang dari mereka uring-uringan tidak mau mewarnai. "Bagaimana bisa mewarnai?", pikirnya. "Gambar matahari yang ada pada kertas tersebut, seharusnya diwarnai dengan warna oranye. Tapi aku tidak mendapati warna oranye di kotak crayon yang dibagikan. Gambar pepohonan seharusnya diwarnai dengan warna hijau. Tapi tidak ada warna hijau. Selain itu, tidak ada warna biru muda. Yang ada warna biru tua. Padahal aku ingin langit diwarnai dengan warna biru muda"

Anak tersebut begitu idealisnya. Ia tidak bisa menerima kekurangan-kekurangan yang ada. Akhirnya, alih-alih mewarnai, ia hanya merajuk diam tanpa melakukan apa pun. Ia hanya bisa iri atas teman lain yang memiliki pinsil warna yang lengkap.

Anak yang lain malah asyik mewarnai. Memang, warna yang tersedia tidak komplit. Tapi itu tidak menghalanginya untuk mendapatkan keasyikan dari aktifitas mewarnai. Ia cukup cerdas mengakali kekurangan warna tersebut. Untuk mewarnai gambar matahari, mula-mula ia beri warna kuning. Lalu warna kuning itu ia timpa dengan warna merah. Hasilnya, warna oranye yang cerah untuk matahari.

Begitu juga untuk warna pepohonan, mula-mula ia beri warna biru, lalu ia campurkan dengan warna kuning sehingga membentuk warna hijau. Lalu untuk warna langit, mula-mula ia beri warna biru tua. Setelah itu ia goreskan pinsil warna putih sehingga warna birunya sedikit memudar.

Saudaraku, setidaknya itu menggambarkan penyikapan insan atas apa yang diterimanya. Ada manusia yang sulit menerima kekurangan-kekurangannya. Ia menghabiskan waktunya untuk mengeluh karena tidak memiliki apa yang orang lain miliki. Ia mengeluh karena istri yang dimilikinya tidak cantik, atau gaji yang diterimanya tidaklah memadai, atau pekerjaan yang digelutinya tidak menyenangkan, dsb.

Insan model tersebut, adalah insan yang berkata, "Ah, andai gajiku lebih besar lagi, tentu aku bisa berinfak". "Ah, andai istriku cantik, tentu mudah untuk ghodul bashor." "Ah, andai pekerjaanku tidak terlalu sibuk, tentu aku bisa menghafal Al-Qur’an."

Orang seperti ini tidak bisa bahagia atas apa yang dimilikinya. Ia tidak mampu menyusun sendiri kebahagiaan dirinya. Dalam cerita di atas, orang seperti ini jauh berbeda dengan sikap anak yang kedua.

Bandingkan dengan sikap anak yang kedua. Ia adalah profil orang yang mampu menyusun sendiri kebahagiaan dirinya atas apa yang ia miliki. Ia tidak peduli dengan apa yang tidak dimilikinya, dan tidak peduli atas apa yang orang lain miliki. Orang seperti ini kebahagiaannya tidak bisa didikte oleh keterbatasan. Dengan apa yang dimilikinya, ia mampu menciptakan kebahagiaan.

Kebahagiaan terbentuk bukan tergantung dari keberadaan materi, tapi tergantung dari keberkahan materi. Sebuah materi menjadi berkah manakala ia memberikan manfaat bagi pemiliknya.

Aktivitas orang tipe kedua juga tidak bisa didikte oleh keterbatasan. Apabila ia ingin bersedekah tapi benar-benar tidak punya barang untuk disedekahkan, maka ia bisa melakukan sholat dhuha, atau ia bisa menawarkan tenaganya untuk membantu orang lain. Minimal, ia memiliki senyum untuk disedekahkan kepada orang lain.

"Bagi masing – masing ruas dari anggota tubuh salah seorang diantara kalian harus dikeluarkan sedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, Setiap tahmid adalah sedekah, Setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan untuk melakukan kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah, dan semua itu dapat tercukupi dengan melakukan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR. Muslim)
Saudaraku, susunlah kebahagiaan sendiri atas apa yang kita miliki

Terkadang kita fokus pada apa yang tidak kita punya, sehingga seringkali menyebabkan diri ini kurang bersykur atau bahkan meratapi nasib. PAdahal jika kita renungkan dengan apa yang telah Allah berikan, subhanallah begitu banyak nikmat yang tidak bisa terbayarkan walopun seumur hidup kita dihiasi dengan ibadah kepada-Nya. Begitu pemurahnya Allah, memberikan semuanya tanpa ada pamrih, tanpa ada tuntutan. hanya kita yang sering lalai bahkan untuk sekedar mengucapkan kata alhamdulillah. astagfirullah ...
Hari ini dapat hikmah dari seorang teman mengenai sense of society, subhanallah sekilas dari penampilan memang orang akan berpikir mereka negatif, ternyata subhanallah dari setiap tuturkata yang disampaikannya mengandung berjuta makna. Pemikirannya simpel & ga buat rumit. Dan hal-hal yang tidak kita pikirkan ternyata trpikirkn oleh beliau. Subhanallah Allah yang telah mempertemukn kami.
Kembali k rasa syukur dan sikap kita menghadapi hidup, semua tidak terlepas dari cara pandang kita. Setiap masalah yang ada biasanya kita sendiri yang membuatnya rumit. Padahal jika kita yakin atas pertolongan-Nya dan selalu optimal ikhtiar,pasti ada solusi dstiap masalah yang ada,karena itu sudah janji-Nya "dstiap kesulitan ada kemudahan"
Salah satu cara yang efektif untuk dilakukan ketika qt menghadapi masalah yang berat adalah dengan menyimpannya. ya .. menyimpannya, ga usah kita bawa masalah2 itu kemanapun qt pergi, karena hal itu akan mempengaruhi aktfitas kita. Dalam hal ini bukan berarti lari dari masalah, melainkan seberat apapun masalah itu adakalanya qt harus menympannya terlebih dahulu ketika kita akan melakukan aktifitas yang lain, sehingga tidak terbawa kemana2 yang biasanya efeknya akan kena k orang lain yang tidak berhubungan dengan masalah kta.
Oleh karena itu, kebahagiaan itu ada dalam hati kita sendiri, dan ada dalam pikiran kita. Sejauhmana kita bahagia kembal k pikiran dan hati kita. Jika kita pikir itu mudah maka pasti akan mudah, tapi jika pikir itu sulit, maka semudah apapun masalah itu pasti akan jadi rumit. Allah tidak pernah mempersulit hamba-Nya, yang ada adalh kita yng lebih sering mempersulit diri sendiri. yangs eharusnya kita menikmati setiap detik waktu dengan kebahagiaan & penuh rasa syukur malah disibukan dengan sesuatu yang tidak ada.
so .. yuk mari kita mulai bersihkan pikiran kita dari pikiran-pikiran negatif, qt terus latih positif thinking kita, sehingga qt akan selalu bisa tersenyum kepada siapapun dan dalam kondisi apapun.ok, semangat ^^


sumber: dari berbagai sumber

Jumat, 02 April 2010

Yuks Kita Ubah Cara Kita Memikirkan Dakwah

Jembatan apa yang dibutuhkan, diantara cita-cita yang menjulang dan kemampuan yang pas-pasan?

Ada perasaan sia-sia yang menjalar perlahan di hati seorang dosen. Malam itu semua usahanya meyakinkan para mahasiswanya tentang keunggulan ekonomi Islam gugur berkeping-keping, hanya karena sebuah pertanyaan sederhana seorang mahasiswa.

Rasanya semua energi intelektualnya sudah dikerahkan. Enam belas kali pertemuan dalam satu semester. Menurut dosen yang juga aktivis itu, jumlah tersebut cukup guna membangun keyakinan kokoh di benak para mahasiswa tentang keunggulan sistem ekonomi Islam di atas semua sistem lainnya.

Ia meyakinkan mereka dengan membuat perbandingan ideologi dan sistem yang sangat rasional-objektif antara Islam dengan kapitalis dan komunis; perbandingan bisnis antara konsep bank tanpa riba dan bank konvensional; analisa komprehensif tentang kegagalan pembangunan di dunia Islam; syarat-syarat yang diperlukan demi meningkatkan kesejahteraan ummat dan memajukan perekonomian mereka.


Begitu seterusnya. Mahasiswa-mahasiswanya antusias. Sampai pertanyaan sederhana itu muncul. "Apakah ada sebuah negara yang telah menerapkan sistem ekonomi Islam, dan mencapai tingkat kemakmuran yang dijanjikan sistem itu seperti yang bapak ceritakan, sehingga kita dapat menjadikannya model pengembangan ekonomi bangsa kita ke depan?" tanya mahasiswa itu enteng, dan sedikit lugu.

Sederhana memang. Tapi itulah "lubang besar" yang menganga dalam cara kita mengkomunikasikan Islam kepada masyarakat. Sementara kita menjelaskan keunggulan ideologi dan sistem yang abstrak, mereka mengharapkan contoh aplikasi yang sukses dalam kehidupan nyata. Sementara kita membanggakan keunggulan di dunia maya spiritual, tapi mereka hanya terpesona kepada yang unggul di dunia empiris. Sementara kita menjelaskan kehebatan Islam di masa lalu, mereka menyaksikan keterpurukan kita saat ini. Sementara kita menjelaskan kebenaran-kebenaran Islam, mereka justeru menantikan kekuatan-kekuatan kaum Muslimin. Sementara kita menjelaskan teori, mereka memahami teori lebih baik melalui contoh kasus.

Cermin realitas

Kebanyakan orang belajar secara visual, tapi kita berkomunikasi secara abstrak. Ini hanya contoh kecil, sangat sederhana, tapi memadai untuk menjelaskan mengapa gerakan da’wah belum mampu menembus pusaran logika massa, apalagi melakukan penetrasi pada jaringan-jaringan pemikiran, sosial dan politik untuk kemudian mengubah, memobilisasi dan mengendalikan mereka.

Di tingkat opini publik, Islam dan gerakan da’wah dengan mudah "diisolasi" tanpa pembelaan spontanitas dari masyarakat. Masyarakat juga belum begitu percaya dengan kemampuan gerakan da’wah beserta para pemimpinnya untuk mengelola negara. Secara keseluruhannya, Islam dan gerakan da’wah belum memegang peran-peran kunci dalam pembentukan kesadaran publik. Padahal itu semua merupakan kondisi-kondisi pendahuluan yang mutlak ada dalam perjalanan kita menuju kekuasaan.

Rendahnya tingkat penerimaan publik dan kapasitas serta citra kita sebenarnya merupakan realitas-realitas yang berakar pada cara kita berpikir. Tidak ada realitas kita yang tidak berakar pada pikiran kita. Pikiran adalah cermin besar yang memantulkan seluruh potret realitas kita secara apa adanya. Pikiran adalah ruang kemungkinan (space of possibility), dan realitas adalah ruang tindakan yang telah jadi nyata (space of action). Seluruh realitas kita hanya bergerak pada ruang kemungkinan itu. Makin besar ruang kemungkinannya, makin besar ruang realitasnya. Bagaimana kita berpikir, begitulah kita akan bertindak.

Jadi jauh sebelum sebuah realitas tercipta di alam kenyataan, ia terlebih dulu tercipta di alam pikiran kita. Sebaliknya, apa yang tidak pernah kita pikirkan tidak akan pernah jadi realitas di masa mendatang. Maka realitas-realitas kita hari ini sesungguhnya merupakan buah dari benih-benih pikiran yang telah kita tanam bertahun-tahun yang lalu. Dan seterusnya. Realitas-realitas kita di masa mendatang adalah buah dari benih-benih pikiran yang kita tanam hari ini.

Konflik dengan penguasa, misalnya. Ini realitas yang mewarnai pola hubungan antara gerakan da’wah dengan penguasa selama ini. Realitas ini berakar pada persepsi gerakan da’wah tentang penguasa sebagai kumpulan para thaghut. Begitu persepsi ini menguasai pikiran kita, sense of war langsung menyalakan alarm perang ketika kita berhadapan dengan penguasa.

Misalnya lagi, fenomena esklusivitas para aktivis di tengah masyarakat. Fenomena ini berakar pada persepsi, bahwa masyarakat kita saat ini hidup dalam kubangan jahiliyah modern. Begitu seseorang berubah menjadi aktivis da’wah, segera saja ia merasakan superioritas spiritual dan moral, dan menemukan tembok pemisah antara dirinya dengan masyarakat.

Ambil contoh lain lagi. Dana. Keterbatasan dana adalah ironi besar yang membatasi ruang gerak da’wah kita. Uang adalah sarana pendukung yang tidak pernah mengisi atau bahkan tak punya tempat dalam ruang pikiran kita selama ini. Kalau toh kita memikirkannya, itu hanya sambil lalu. Pikiran kita selalu terfokus pada bagaimana mensiasati keterbatasan. Bukan pada bagaimana menciptakan kemelimpahan. Karena yang kita pikirkan adalah bagaimana mensiasati keterbatasan, maka selamanya keterbatasan menjadi realitas kita. Kemelimpahan tidak pernah jadi nyata, karena kita memang tidak memikirkannya.

Menggeser pusat perhatian

Sekarang sepakatlah kita, bahwa tindakan-tindakan kita muncul sebagai buah dari benih pikiran-pikiran kita. Realitas da’wah juga begitu. Pikiran-pikiran yang berkembang di lingkungan para du’aat lah yang menciptakannya. Jadi pikiran adalah pusat kekuatan yang mengendalikan tindakan-tindakan dan menciptakan realitas-realitas kita.

Jika sistem kendali tindakan dan realitas kita ada pada pikiran-pikiran kita, hanya ada satu jalan memperbaiki realitas-realitas kita, yaitu mengubah pikiran-pikiran kita. Sudah saatnya gerakan da’wah memikirkan kembali caranya berpikir, memikirkan kembali apa yang selama kita pikirkan dan mengapa kita memikirkannya serta mengapa kita memikirkannya dengan cara begitu.

Generasi pertama pertama para pemikir da’wah, seperti Al-Banna, Al-Maududi, Sayyid Quthub dan lainnya, memfokuskan perhatian pada pembangunan ideologi. Generasi kedua, seperti Muhammad Al-Gazali, Yusuf Al-Qardhawi, Fathi Yakan, dan lainnya memfokuskan perhatiannya pada pembangunan kerangka pemikiran pergerakan.

Ketika gerakan da’wah memasuki era keterbukaan, bermetamorfosis menjadi institusi terbuka, bermain di domain publik, memasuki pusat-pusat kekuasaan, persoalan terbesar kita adalah sumberdaya. Inilah persoalan yang dihadapi gerakan-gerakan da’wah di berbagai negara Islam seperti Sudan, Yaman, Aljazair, Turki, Mesir, Indonesia dan lainnya. Di semua kawasan ini gerakan da’wah mengalami persoalan tersebut secara fundamental: beban kerja yang muncul akibat perluasan wilayah aksi da’wah tidak seimbang dengan sumberdaya yang dimiliki gerakan-gerakan da’wah tersebut.

Animo besar masyarakat terhadap Islam akibat kegagalan pembangunan di akhir dekade 80-an memang pada mulanya menghasilkan kemenangan-kemenangan politik di awal 90-an, seperti FIS di Aljazair atau Refah di Turki. Tapi itu tidak lama. Situasi segera berubah. Tantangan-tantangan yang menghadang kita melampaui sumberdaya yang kita miliki.

Dengan menggunakan cermin realitas seperti diatas, persoalan sumberdaya ini muncul karena pusat perhatian pikiran kita belum bergeser dari tema besar generasi pertama dan generasi kedua para pemikir da’wah. Kita masih bicara ideologi dan belum bicara sumberdaya. Kita masih bicara sistem pemerintahan Islam dan belum bicara kompetensi kepemimpinan umat. Kita masih bicara slogan "Islam adalah solusi" dan belum bicara agenda aksi penyelesaian persoalan bangsa. Kita masih bicara kegagalan musuh, dan belum bicara kesuksesan-kesuksesan kita. Kita masih bicara ghazwul fikri, dan belum bicara strategi kebudayaan.

Kita masih bicara konspirasi asing, dan belum bicara sistem pertahanan da’wah. Kita masih bicara fiqhul ikhtilaf, dan belum bicara manajemen organisasi. Kita masih bicara sabar dalam mensiasati keterbatasan dana, dan belum bicara cara menciptakan kemelimpahan dana. Kita masih bicara apa yang kita inginkan, dan belum bicara sumberdaya yang diperlukan untuk mencapainya.

Selama pusat perhatian pikiran kita belum bergeser ke masalah penciptaan sumberdaya-sumberdaya, selama itu kita akan mengalami kemunduran dan keterpurukan. Ini hanya konsekuensi ketidakseimbangan antara beban dan daya pikul. Kita akan tampak tua dan lelah, berjalan tertatih-tatih memikul beban obsesi khilafah yang terasa semakin jauh.

Para pendiri dan ideolog gerakan da’wah telah meletakkan dasar-dasar ideologi yang kokoh bagi kebangkitan ummat. Mereka merampungkan tugas mereka dengan sempurna. Para pemikir pergerakan –berikutnya– juga telah membangun kerangka pemikiran pergerakan bagi pertumbuhan gerakan da’wah menuju kematangan. Mereka juga telah menunaikan tugas mereka dengan sempurna. Kini tiba saatnya bagi generasi ketiga -generasi kita– untuk membawa bendera, menunaikan tugas sejarah mereka: generasi pencipta sumberdaya. Biarlah di tangan mereka kebenaran menjadi nyata di muka bumi karena menyatu dengan kekuatan.

Wallahu’alam
oleh Anis Matta - Suara Hidayatullah

Kamis, 01 April 2010

Hidup = Perjuangan

HIdup ini adalah sebuah pilihan dan keputusan. Apa yang kita putuskan hari ini merupakan investasi yang memberi peran bagi masa depan kita di kemudian hari. Ada kalanya, seseorang tidak bisa memutuskan sesuatu hanya karena terlalu banyak pilihan yang harus ditetapkan dan keputusan pun akhirnya ditunda dalam beberapa waktu.
DIsatu pihak tidak dapat disangkal lagi bahwa hidup bukanlah seperti mata uang yang memiliki dua muka (black and white choice). Hidup justru memiliki dinamika dan warana yang membuat hidup lebih hidup. Kita harus melakukan sesuatu untuk terus maju tanpa ada kata mundur.
Seseorang harus berani tegas terhadap dirinya sendiri dan berani berkata tidak ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan untuk mundur atau yang bakal menurunkan integritas pribadi dan harga dirinya.

Sejarah membuktikan bahwa orang yang berhasil dalam hidup adalah mereka yang memiliki sedikit kemungkinan (bahkan tidak ada) untuk mundur dari upaya yang sudah dijalankannya. Tidak mengehrankan jika Inggris bisa mengalami titik balik dan maju sebagai negara yang disegani hanya gara-gara semangat yang dikobarkan oleh Winston Churcil dg penuh keyakinan. Beliau menyampaikan pidato yang tersingkat di hadapan para almamater sekolahnya. Seperti biasa dia datang dg mantel, topi, tongkat, seta cangklong cerutunya. Setelah pembacaan riwayat hidup dan keberhasilannya pada perang dunia kedua, mulailah dia naik panggung dan berteriak dengan lantang "Jangan ... jangan ... jangan pernah menyerah!"
Sesudah berhenti sejenak, lalu churchil mengulangi lagi kata-kata terseb"gen" untuk sukses, namun sejarah membuktikan bahwa sebagian besar yang sukses adalah mereka bertekad untuk maju terus mengatasi rintangan-rintangan yang ada tanpa sedikitpun berpikir untuk mundur. Itulah sebabnya, jangan takut karena tekanan apapun, yang membuat kita berpikir untuk mundur atau berpikir ulang dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Sesungguhnya. karena tekananlah yang mampu mengubah sebuah batu menjadi hitam dengan waktu ketekunan.
Apa masalah manusia hingga sulit untuk maju ?? Survei membuktikan bahwa penyebabnya sbb:
1. SUka menunda-nunda pekerjaan dan menunggu "hari baik" serta mood (suasana hati yang baik)
2. Keinginan yang kurang. Melakukan sesuatu harus dipecut atau di iming-imingi terlebih dahulu
3. Menunggu semuanya berjalan baik dan tersedia, baru mulai mengerjakannya.
4. membandingkan pekerjaannya sendiri dengan orang lain dengan muara pada apa yang dia dapat dari pekerjaannya tersebut.
5. Konsentrasi mudah pecah dalam perjalanan menuju tujuan yang sudah ditetapkan sehingga begitu mudah mengubah rute perjalanan untuk meraih sukses.
6. Tidak mengindahkan ajaran-ajaran orang tua.
Bagi orangtua adalah salah jika mendidik anaknya dengan memberikan terlalu banyak pilihan yang mengenakan. Anak akan dibentuk untuk mudah mendapatkan apa yang diinginkannya. Bahkan jika dia mundur/menyerah, dia tahu pasti orangtuanya tetap menopangnya.
itulah sebabnya orangtua yang bijaksana tidak akan terlalu banyak memberi pilihan kepada anaknya selama mereka dalam pola asuh d rumah. Mereka tidak hanya mendidik anaknya, namun juga akan menghukum jika anaknya melakukan pelanggaran.
DI rumah mungkin langit bisa selalu biru dan udara cerah, namun tidaklah demikian ketika mereka kelak merantau dan mandiri dluar rumah. Langit terkadang dipenuhi guntur dan badai. Sebuah pilihan yang sebenarnya sederhana harus dilakukan, mau menginvestasikan segala macam fasilitas dan memanjakan anaknya atau membangun karakter anak-anak mereka.
Demikian pula halnya dengan pemimpin. Mereka harus memberikan pilihan yang membangun karakter dan moral pengikutnya agar tujuan bersama tercapai. Bahkan, jika memungkinkan sang pemimpin tidak perlu memberi pilihan apapun kecuali satu pilihan dan tidak ada pilihan mundur.
Masih segar dalam ingatan, bagaimana caesar mampu merebut Pantai Britania, hanya karena keputusannya untuk maju tanpa pilihan mundur dengan cara membakar semua perahu. Pemimpin yang baik tidak mengharapkan pujian dan dukungan dari pengikutnya. Bahkan, mereka harus siap menuai kritik karena telah menerapkan aturan atau ajaran yang menegakan kebenaran dan keadilan.
"Tidak semua pilihan menyenangkan, namun yang menyenangkan adalah ketika kita bisa memilih dan memutuskan dengan tepat."

sumber : "fulfilling life"